Hiu paus terancam punah, Indonesia pasang alat pelacak di sirip punggung ikan

Hiu paus yang tersisa di dunia saat ini terancam punah dengan populasi yang kurang dari 200.000 ekor. Yayasan Konservasi Indonesia memasang pelacak satelit pada sirip hiu untuk mempelajari pola migrasi dan ekosistem hiu paus sebagai upaya pelindungan.
Pelacak satelit di sirip punggung ikan bantu pakar memonitor ekologi hiu paus
Hiu paus berenang melewati sang fotografer, bintik-bintik di tubuhnya kontras dengan warna air laut, dan posturnya tampak gemulai. Karena dampak penangkapan ikan berlebihan selama beberapa dekade, populasi hiu paus global menurun menjadi kurang dari 200.000 ekor, dan terdaftar sebagai hewan yang terancam punah. Untuk melindungi hiu paus, pakar biologi kelautan Yayasan Konservasi Indonesia dalam beberapa tahun terakhir telah memasang pelacak satelit di sirip punggung hiu paus untuk mengamati ekologinya.
==Meizani Irmadhiany // Ketua Eksekutif Konservasi Indonesia==
Semakin banyak (hiu paus) yang dimonitor
Informasi yang didapatkan lebih banyak
Sehingga bisa memahami spesies ini
Jumlah hiu paus di Indonesia sulit diperkirakan
Umpan hiu paus dengan udang dan ikan, tim konservasi pasang alat pelacak
Untuk memasang pelacak satelit pada badan hiu paus, pakar biologi menggunakan ikan, udang dan plankton sebagai umpan, berusaha menarik, menahan dan memasang pelacak pada hiu paus. Namun, karena dana penelitian yang tidak mencukupi dan biaya rata-rata pelacak satelit yang mencapai US$ 6.500, pakar biologi sempat meluncurkan penggalangan dana dan meminta warga untuk membantu melestarikan dan melacak hiu paus.
Hiu paus terus bermigrasi, persulit upaya perhitungan jumlah aktual
Dari catatan pelacakan saat ini, terlihat jalur migrasi hiu paus adalah antara Teluk Saleh di Samudera Hindia menuju Maladewa, dan dari Teluk Cendrawasih di Indonesia menuju Pulau Natal di Australia.
Di kedalaman 2.000 meter sulit diacak, butuh bantuan dana pemerintah
Namun selama proses, alat pelacak hanya bisa mendeteksi di perairan dangkal, jika hiu paus menyelam di kedalaman di atas 2.000 meter, terutama saat migrasi jarak jauh, maka akan sulit dilacak. Oleh karena itu, pihak yayasan juga memerlukan dukungan pemerintah dan dana besar untuk memperluas kegiatan konservasi.