Selebriti internet virtual Maroko menjuarai kontes kecantikan AI pertama di dunia

Teknologi kecerdasan buatan generatif merupakan hal yang populer dewasa ini, sementara distorsi estetika manusia terus memengaruhi pembelajaran AI secara mendalam, sehingga membatasi kecantikan wanita hanya pada faktor rambut panjang, kulit putih dan tubuh langsing. "World AI Creator Awards" baru-baru ini mengadakan kontes kecantikan AI pertama di dunia dan pemenangnya adalah selebriti internet AI asal Maroko, Kenza Leyla.
Leyla menang karena kecantikan dan keseriusannya
Dengan mengenakan jilbab, Leyla, juara pertama dalam kontes kecantikan AI, memiliki riasan yang halus dan ekspresi yang hidup. Dengan lebih dari 200 ribu pengikut di Instagram, Leyla sering membagikan isu-isu terkait budaya sosial Maroko dan hak-hak perempuan Timur Tengah, serta berusaha mengatasi ketakutan masyarakat terhadap AI. Ia membuat dua juri manusia dan dua juri selebriti internet AI terkesan, dengan meraih skor tinggi dan menonjol dalam tiga kriteria utama: realisme, teknologi, dan pengaruh sosial.
==Kenza Leyla // Selebriti internet AI Maroko==
Saya akan meneruskan misi saya
Mempromosikan pemberdayaan perempuan secara global
Kontes kecantikan AI sangat ketat, peserta banyak yang muda dan ramping
Kontes ini menarik 1.500 peserta dari seluruh dunia, di mana Leyla berhasil memenangkan hadiah sebesar US$5.000. Juara kedua adalah selebriti internet Prancis, Lalina, sementara juara ketiga adalah selebriti internet Portugal, Olivia C. Kebanyakan peraih posisi sepuluh besar memiliki penampilan yang muda dan langsing, menonjolkan standar kecantikan Barat yang umum, yang semakin mengisi dunia virtual melalui AI.
Media AS menguji perangkat lunak AI, menghasilkan wanita cantik seperti Barbie
Surat kabar AS The Washington Post pernah menguji tiga perangkat lunak gambar AI, memintanya untuk menghasilkan gambar wanita cantik secara keseluruhan. Hasilnya menunjukkan bahwa lebih dari separuh gambar adalah wanita kulit putih, lebih dari sepertiganya memiliki warna kulit medium, dan hanya 9 persen yang berwarna kulit gelap. Selain itu, kebanyakan memiliki rambut sebahu dan berbadan langsing.
AI belajar dan menyalin dari stereotip, membuat estetikanya menjadi sempit
Kulit putih dan tubuh langsing tentu bukan satu-satunya standar kecantikan. Jika kita menyelidiki penyebab bias dan sempitnya estetika menurut AI, kita hanya bisa menyalahkan manusia yang telah menyebarkan banyak stereotip melalui gambar dan teks di internet. AI hanya belajar saja, tanpa membeda-bedakan. Hal ini membuat para ahli khawatir bahwa bias estetika semacam ini akan diperbesar di dalam dunia virtual, memicu kecemasan yang tidak perlu terkait penampilan dan bentuk tubuh.