Indonesia luncurkan program MBG untuk 82 juta anak dan ibu hamil

Program Makan Bergizi Gratis di Indonesia sudah berjalan sekian waktu. Presiden Prabowo menilai bahwa kebijakan ini sangat berhasil. Namun, kasus keracunan massal juga dilaporkan terjadi di dua sekolah belum lama lalu. Khawatir anak mereka akan mengalami hal serupa, ada orang tua yang memutuskan untuk menyiapkan sarapan siang bagi anaknya sendiri.
Menu makan siang bergizi lengkap, tingkat absensi siswa turun drastis
Saat makan siang, anak-anak dengan lahap menyantap nasi kotak berisi lauk daging, sayuran dan buah, yang dibagikan oleh sekolah. Sejak pemerintah Indonesia menjalankan program Makan Bergizi Gratis (MBG) untuk siswa pada bulan Januari, angka absensi di sekolah menurun drastis. Jumlah siswa yang terlambat, pulang lebih awal atau mengeluh sakit juga menurun secara signifikan.
Program diluncurkan terburu-buru, sering dilaporkan siswa keracunan makanan
Statistik Kementerian Keuangan Indonesia menunjukkan, siswa di seluruh negeri yang mendapat layanan MGB hingga pertengahan Juni hanya sekitar 5 juta orang. Selain itu, banyak dilaporkan masalah keamanan pangan. Kasus terbaru, 80 siswa dari dua SMA mengalami keracunan makanan massal di Cianjur, kota di pinggiran Jakarta.
Presiden sebut tingkat keberhasilan 99,99%, tapi orang tua dan sekolah cemas
Guru sekolah dan orang tua cemas, takut anak mereka akan menjadi korban keracunan makanan hingga perlu dirawat di rumah sakit. Bahkan beberapa orang tua memutuskan untuk menyiapkan bekal makan siang sendiri. Namun, Presiden Prabowo tetap optimis dan menyatakan bahwa berdasarkan data, program MBG yang dijalankannya sangat berhasil. Namun, mengingat populasi penduduk Indonesia sangat banyak, pakar khawatir pengawasan yang lemah akan memicu munculnya korupsi dan risiko keamanan pangan.
Pemangkasan anggaran untuk program MBG perburuk tekanan finansial
Pemerintah Indonesia memangkas NT$622,4 miliar dari anggaran berbagai kementerian guna mengalokasikan dana program MBG. Di tengah naiknya angka pengangguran, turunnya prediksi pertumbuhan ekonomi, dan pemungutan tarif 32% dari Amerika Serikat, kondisi keuangan pemerintah Prabowo diperkirakan akan menghadapi tekanan berat.