Pertahankan SDM berbakat internasional, Yuan Eksekutif longgarkan peraturan

Dalam rangka mempertahankan lebih banyak tenaga terampil internasional di Taiwan, kemarin Yuan Eksekutif memutuskan untuk melonggarkan regulasi terkait, termasuk mengizinkan pekerja dengan gaji tahunan di atas NT$6 juta yang telah menetap di Taiwan selama 1 tahun untuk mengajukan permohonan izin menetap permanen (APRC) dan memperpanjang masa tinggal bagi pekerja nomad digital menjadi dua tahun.
Yuan Eksekutif longgarkan aturan guna menggaet tenaga profesional internasional
Semua negara berlomba menarik tenaga terampil internasional, Yuan Eksekutif meloloskan amandemen UU Perekrutan Tenaga Profesional Asing tanggal 29 Mei, mencakup pelonggaran aturan kerja bagi 1.000 sarjana perguruan tinggi untuk bekerja di Taiwan tanpa perlu pengalaman kerja 2 tahun. Masa berlaku visa pekerja nomad digital diperpanjang dari enam bulan menjadi dua tahun. WNA dengan gaji tahunan di atas NT$6 juta, yang telah menetap di Taiwan selama 1 tahun boleh mengajukan permohonan izin menetap permanen (APRC). Selain itu, guna meningkatkan minat tenaga profesional asing untuk bekerja di Taiwan, pemerintah juga melonggarkan aturan agar mereka bisa menikmati aturan pensiun tanpa harus memiliki APRC.
==Hsieh Chia-yi // Kepala Divisi Pengembangan SDM, Dewan Pembangunan Nasional==
Saat ini, visa pekerja nomad digital
Hanya berlaku selama 3 bulan ditambah 3 bulan
Dibandingkan negara lain yang umumnya (memberi izin tinggal) 1-2 tahun
Daya tariknya masih kurang
Jadi amandemen UU kami kali ini
Diperlonggar agar masa menetapnya berlaku selama 2 tahun
Pakar: Sarjana S1 Asia Tenggara bisa ditarik minatnya untuk bekerja di Taiwan
Asosiasi Nomad Digital Taiwan menyambut baik amandemen UU tersebut dan berharap kebijakan ini dapat mendorong Taiwan menjadi tumpuan utama di Asia bagi para nomad digital. Namun, pakar mengingatkan, selain pelonggaran aturan oleh pemerintah, daya tarik untuk mempertahankan tenaga profesional juga bergantung pada gaji yang ditawarkan perusahaan. Pemerintah disarankan menyesuaikan strategi perekrutan, tak hanya berfokus pada tenaga professional saja, tapi juga membidik tenaga yang berpotensial. Misalnya, dengan menarik siswa dari Asia Tenggara yang studi di Taiwan, agar tinggal dan bekerja di Taiwan setelah lulus, sehingga bisa mengatasi krisis SDM profesional.