Senat Prancis loloskan UU baru, atlet dilarang mengenakan busana keagamaan

Senat Prancis meloloskan RUU baru, melarang atlet mengenakan busana bernuansa keagamaan saat pertandingan. Namun kebijakan ini menuai kritik, dinilai memberikan dampak sangat besar terhadap para muslimah yang harus mengenakan hijab, dan telah beberapa kali memicu kontroversi di Prancis.
Faktor keagamaan berkaitan dengan hak, atlet wanita Muslim merasa keberatan
Saat bertanding dua tahun lalu, pemain basket profesional, Salimata Sylla tiba-tiba diminta untuk melepas hijab yang kerap ia pakai, bila tidak, ia akan dilarang bertanding. Walau masih menghadapi tuntutan serupa hingga saat ini, ia tak sudi menanggalkan hijabnya. Ia merasa dirinya tidak seharusnya didiskualifikasi dari pertandingan hanya karena agama yang ia anut.
==Salimata Sylla // Pemain basket==
Ia (pelatih) menyampaikan penyesalannya
Juri berkata bahwa kamu boleh bertanding
Tapi kamu harus menanggalkan hijab
Hijab saya yang memenuhi syarat
Senat Prancis loloskan UU baru, busana atlet dilarang berbau keagamaan, politik
Senat Prancis meloloskan RUU baru pada Februari tahun ini yang melarang pemakaian simbol atau busana bernuansa keagamaan atau politik dalam pertandingan olahraga. Prosedur legislatif akan dirampung setelah Majelis Nasional memberikan voting untuk meloloskannya.
Pemakaian busana religi diatur guna mencegah konflik keagamaan dalam zona sipil
Segregasi politik dan agama merupakan prinsip konstitusional penting di Prancis. Dengan kata lain, pemerintah harus tetap netral menangani isu yang berkaitan dengan agama. Hal ini sering ditafsirkan sebagai larangan terhadap busana religi di tempat umum seperti sekolah, lembaga pemerintah dan stadion olahraga guna mencegah keterlibatan konflik keagamaan dalam zona sipil.
==Michel Savin // Senator yang memprakarsai RUU==
Dalam rangka melindungi nilai-nilai sportivitas
(Kita) harus memastikan tidak ada titik butanya
PBB sempat nyatakan larangan berhijab bersifat diskriminatif dan melanggar HAM
Bagi para muslimah selaku kalangan minoritas di Prancis, larangan busana religi diibaratkan sebagai hilangnya kesempatan untuk mengekspresikan diri. Bahkan PBB pun menyatakan bahwa larangan ini bersifat diskriminatif dan melanggar HAM.
Bila FIBA tak bersedia toleransi, kalangan muslimah luncurkan turnamen sendiri
Ada juga muslimah yang mengambil langkah berbeda dengan mencoba menyelenggarakan turnamen sendiri di luar otorisasi Federasi Bola Basket Internasional (FIBA), salah satunya adalah Salimata Sylla yang telah meninggalkan timnya semula. Ia menyatakan, jika FIBA tidak sudi merangkul mereka, mereka akan merangkul semua orang lewat turnamen mereka sendiri.