Taliban kembali kuasai Afghanistan, ketat dalam nilai interpretasi hukum Islam

Setelah kembali menguasai Afghanistan, Taliban tidak hanya menindas hak asasi wanita, namun juga mulai mengekang kebebasan bersuara dan pemikiran rakyat jelata. Pihak berwenang telah mengumumkan bahwa mereka akan menarik semua buku anti-pemerintah dan anti-Islam dari toko buku dan perpustakaan. Buku-buku impor dengan konten serupa juga akan dimasukkan dalam daftar buku terlarang.
Taliban tekan kebebasan, buku anti Islam dan anti pemerintah semuanya dilarang
Anggota Taliban berdiri di gudang bea cukai, memeriksa buku-buku yang diimpor dari Iran ke Afghanistan. Setelah lebih dari tiga tahun kembali berkuasa di Afghanistan, Taliban secara ketat menerapkan dan mengelola interpretasi hukum Islam. Sejak tiga bulan lalu, mereka mulai memeriksa dan mengevaluasi isi buku impor. Toko dan perpustakaan diminta menarik semua buku yang menentang keyakinan agama, mazhab, hukum Islam, pemerintah dan buku dengan gambar yang dianggap melanggar aturan.
Taliban larang buku yang hujat agama atau bertentangan dengan nilai Afghanistan
Pada Oktober tahun ini, Kementerian Informasi dan Kebudayaan Afghanistan mengumumkan mereka telah mengidentifikasi 400 buku yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam dan Afghanistan. Sebagian besar buku tersebut dikumpulkan dari pasar. Selain itu, karya Barat seperti “Twilight of the Eastern Gods” dan “Jesus, The Son of Man” juga dimasukkan dalam daftar buku terlarang dengan alasan dianggap "antibudaya”. Bahkan, karya mantan Menteri Pendidikan Afghanistan yang membahas Afghanistan dari perspektif Asia Barat juga dianggap sebagai "propaganda negatif" dan dilarang beredar.
==Faiz Ahmad Muhammad // Importir buku==
Mereka memberi tahu kami buku-buku yang menghina agama
Budaya Afghanistan, dan sistem Afghanistan
Tidak diizinkan (dipajang), dan tidak boleh diimpor
Taliban tekan kebebasan bersuara, sebarkan ketakutan di kalangan masyarakat
Saat ini, pemerintah Taliban telah mendistribusikan Al-Qur'an dan berbagai materi tulisan Islami untuk menggantikan buku-buku yang dilarang. Seorang penerbit mengungkapkan bahwa meskipun pemerintahan Afghanistan sebelumnya menyebabkan banyak korupsi, tekanan sosial, termasuk pelarangan beberapa buku, setidaknya masih ada kebebasan berbicara. Namun, dengan banyaknya tindakan sensor oleh Taliban saat ini, mereka jadi kesulitan mencari nafkah, dan perasaan takut pun menyebar ke seluruh masyarakat.