Unit Gawat Darurat di rumah sakit besar di Taiwan dipenuhi pasien sejak Tahun Baru Imlek. Kalangan medis yang jarang bersuara meminta bantuan, menyatakan bahwa kapasitas layanan medis saat ini telah mencapai titik kritis. Selain merebaknya flu baru-baru ini, padatnya UGD juga disebabkan semakin banyak perawat yang mengundurkan diri karena upah rendah dan jam lembur berlebihan. Kondisi ini memperburuk beban kapasitas medis.
Kapasitas semua RS sudah penuh, staf medis di barisan terdepan terimbas parah
Ambulans lalu lalang di pintu masuk ruang UGD, staf medis sibuk bolak-balik. Kondisi kongesti yang terjadi di UGD semakin serius. Jumlah pasien yang menunggu perawatan di RS Universitas Nasional Taiwan (NTU) tanggal 24 pagi saja mencapai 105 orang dan RS Chang Gung Linkou 165 orang. Jumlah pasien yang menunggu pengobatan di RS NTU baru menurun hingga di bawah 100 orang pada sore hari. Kondisi kongesti di seluruh rumah sakit besar bervariasi.
==Chen Yu-feng // Konsultan Taiwan Nurse Union (TNU)==
Ada tenaga medis yang berkata kepada saya
Ia sudah tidak makan dan minum selama 12 jam
Sudah 12 jam tidak makan minum, petugas medis semuanya bilang
Mereka boleh bekerja selama gaji shift pagi mencapai NT$50.000
Mengapa hal ini sulit terwujud?
Pemicu kongesti UGD saling berkaitan, perawat mundur akibat upah rendah+lembur
Pakar menganalisis, ada sejumlah faktor yang memicu kepadatan ruang UGD, termasuk rendahnya gaji perawat, ditambah dengan pembagian kerja pada shift pagi dan malam serta lembur berkepanjangan, semuanya telah memicu gelombang pengunduran diri perawat. Oleh sebab itu, beban kerja perawat yang masih bertahan saat ini akan semakin berat. Menurut statistik serikat pekerja, skala perawat banding pasien saat ini adalah 1 banding 18-20.
Total 1.700-an perawat undurkan diri dalam waktu setengah tahun 2024
Menurut statistik tahun 2024, lebih dari 1.700 staf perawat telah mengundurkan diri dalam waktu setengah tahun. Krisis SDM memicu penutupan ranjang di setiap rumah sakit besar. Alhasil, pasien rawat jalan hanya dapat mengantre ranjang di UGD, sehingga memperberat beban kerja staf di barisan depan. Selain itu, memanasnya wabah flu dan norovirus tahun ini turut mendongkrak jumlah pengobatan rawat inap.
Ringankan beban UGD, MOHW usulkan 3 strategi penanganan jangka pendek
Tanggal 24, Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan (MOHW) mengusulkan tiga strategi dan dua arah reformasi utama, termasuk alokasi ranjang RS, dengan harapan dapat meringankan krisis ruang UGD dan penuhnya tempat tidur di unit perawatan intensif. Namun, Taiwan Nurse Union (TNU) mengakui bahwa inti masalah adalah kurangnya tenaga perawat sehingga rumah sakit tidak mampu menyediakan ranjang sama sekali. Komunitas medis juga menilai, mekanisme alokasi ranjang yang diusulkan MOHW sulit diterapkan.